Minggu, 17 Mei 2015

Laporan Praktikum Analisis Kadar Air dan Kadar Abu pada Tumbuhan Gamal



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pakan adalah semua yang bisa dimakan oleh ternak dan tidak mengganggu kesehtannya. Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan untuk hewan yang meliputi kuantitatif, kualitatif, kontinuitas serta keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya. (Anonim, 2009).Pakan adalah segaalah sesuatu yang dapat diberikan sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, istilah pakan sering diganti dengan bahan baku pakan, pada kenyataanya sering terjadi penyimpangan yang menunjukkan penggunaan kata pakan diganti sebagai bahan baku pakan yang telah diolah menjadi pellet, crumble atau mash. (Anonim 2008).
Bahan pakan adalah (bahan makanan ternak) adalah segalah sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak.(Anonim, 2009).
Tanaman ini merupakan tanaman berbentuk pohon dengan ukuran dikenal di pedesaan, namun pemanfaatan dan pembudidayaan tanaman tersebut sebagai sumber pakan ternak belum banyak mendapat perhatian. Sebagai tanaman tahunan, yang dapat menyediakan hijauan sepanjang tahun, mempunyai nilai makanan yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan jenis tanaman lain yang sebangsanya. Untuk itu maka pembudidayaan dan peningkatan pemanfaatannya perlu disebarluaskan, terutama untuk masyarakat pedesaan., 2009).
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa menggangu kesehatan ternak. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan maupun untuk mempertahankan hidupnya, pakan yang diberikan pada ternak harus mengandung nutrien yang dapat memenuhi kebutuhan ternak. Sorgum merupakan salah satu tanaman multifungsional yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan, bioetanol dan bahan baku dalam industri. Analisis proksimat adalah suatu kegiatan menganalisis bahan pakan yang meliputi proses pengovenan, penanuran, pengekstraksian yang bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi dan kualitas suatu bahan pakan tersebut. Melalui proses analisis proksimat dapat diketahui bahwa nutrisi dari bahan pakan ternak terdiri dari air, abu, protein, lemak, serat kasar dan bahan ekstrak yang tidak mengandung nitrogen.
Gamal berasal dari daerah Amerika Tengah dan Brazil. Di daerah asalnya digunakan sebagai pelindung tanaman kakao/coklat dan dikenal dengan nama madre cacao. Oleh penjajah Eropa tanaman ini dibawa ke benua Asia dan ditanam di India dan Srilangka sebagai tanaman pelindung teh sejak tahun 1870-an. Gamal masuk ke Indonesia melalui perusahaan perkebunan Belanda yang tertarik untuk menggunakannya sebagai tanaman pelindung di perkebunan teh di Medan pada tahun 1900-an. Namun, gamal hanya belum menyebar dan hanya ditemukan di daerah Medan saja. Pada tahun 1958 gamal ditemukan oleh Bapak R. Soetarjo Martoatmodjo. Dialah yang memberinya nama Gamal yang diambil dari nama cucunya dan sama seperti nama presiden Mesir Gamal Abdul Nasser. Gamal atau Kemal atau jamal artinya halus. Bapak Soetarjo menafsirkan galam sebagai unta yang sanggup menundukkan sahara di Indonesia, yaitu padang alang-alang. Menteri pertanian Indonesia waktu itu Bapak Frans Seda mengartikan galam sebagai Ganyang Mati Alang-alang, karena gamal digunakan untuk membasmi alang-alang.
Gamal (Gliricidiasepium) adalah Leguminosae pohon yang merupakan pribumi di kawasan Pantai Pasifik Amerika Tengah yang bermusim kering. Habitat aslinya adalah hutan gugur daun tropika, di lembah dan lereng-lereng bukit, sering di daerah bekas tebangan dan belukar pada elevasi 0-1600 m di bawah permukaan laut. Gamal dapat tumbuh baik pada kondisi iklim tropis basah dan untuk menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Legum ini dapat juga bertahan hidup pada musim kering yang panjang tetapi ukuran daunnya lebih kecil. Penanaman gamal dapat dilakukan dengan menggunakan stek yaitu menggunakan batang yang mempunyai mata tunas dengan panjang ± 1 meter, ditanam pada kedalaman 15 cm.
Tanaman gamal telah dimanfaatkan secara luas untuk berbagai keperluan. Tanaman ini juga digunakan dalam berbagai sistem pertanaman, sebagai pohon pelindung dalam penanaman teh, cokelat atau kopi. Sebagai penyangga hidup untuk tanaman vanili, lada hitam dan ubi jalar. Yang lebih umum digunakan sebagai pagar hidup, tanaman pupuk hijau pada pola tanam tumpang sari, sebagai penahan tanah pada pola tanam lorong dan terasering. Selain itu, tanaman ini juga ternyata dapat digunakan untuk mereklamasi tanah atau lahan yang gundul atau tanah yang rapat ditumbuhi oleh alang alang (Imperata cylindrica). Biji, pepagan, daun dan akarnya dapat digunakan sebagai rodentisida dan pestisida setelah terlebih dahulu dilakukan fermentasi. Bunganya digunakan oleh lebah sebagai sumber nutrisi dan zat gula dalam pembuatan madu lebah.
B.  Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dalam pembuatan laporan bahan pakan dan formulasi ransum adalah agar mahasiswa mampu mengetahui bagaimmana cara menghitung kadar air dan kadar abu pada tanaman gamal.
Adapun manfaat dalam pembuatan laporan bahan pakan dan formulasi ransum yaitu agar mahasiswa dapat mampu mengetahui cara menghitung kadar air dan kadar abu pada tanaman gamal.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Gamal
Gamal adalah tanaman leguminosa yang dapat tumbuh dengan cepat di daerah kering. Pemberian gamal pada sapi maksimal 40% dan domba 75%. Sebaiknya gamal diberikan bersama-sama dengan pemberian rumput (Wahiduddin, 2008). Daun gamal berbentuk elips (oval), ujung daun lancip dan pangkalnya tumpul (bulat), susunan daun terletak berhadapan seperti daun lamtoro atau turi. Bunga gamal muncul pada musim kemarau dan berbentuk kupu-kupu terkumpul pada ujung batang (Natalia et al., 2009). Kandungan nutrisi hijauan gamal (G. sepium) yaitu kadar protein 25,7%, serat kasar 13,3%, abu 8,4%, dan BETN 4,0% (Hartadi et al., 1993).
Salah satu ciri tanaman ini yaitu Bunga mulai muncul ketika daun berguguran yaitu pada musim kemarau.Gamal dapat dimanfaatkan antara lain sebagai pakan ternak yang banyak disukai oleh ternak ruminansia. Gamal memiliki nilai pakan yang tinggi, dengan protein kasar 20-30% dalam bahan kering, serat kasar 15%, dan dalam hitungan cerna in vitro bahan kering adalah 60 – 65 % (Gohl, 1981).
Pemanfaatan daun gamal sebagai pakan ternak sangat menguntungkan, cara penanaman yang mudah, kandungan protein yang tinggi, masih tetap berproduksi baik meskipun musim kemarau, memperbaiki kesuburan tanah baik dari guguran daun maupun pengakarannya, dan banyak lagi manfaat dari penanaman pohon gamal ini. Tanaman gamal dapat dipanen setiap 3–4 bulan sekali, dengan hasil antara 1–2 kg hijauan basah per tanaman.Pengembangbiakan tanaman ini dapat dilakukan dengan biji maupun stek (Rukmana, 2005). Menurut BPTU Sembawa (2009), penanaman yang tepat dengan kedua cara tersebut, dapat memiliki daya tumbuh yang tinggi, yaitu 90–95%. Penanaman dengan stek tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan biji, namun sistem perakaran lebih dalam jika ditanam dengan biji daripada dengan stek.
Sebagai pakan ternak gamal juga memiliki kelemahan yaitu mengandung zat anti nutrisi dan zat racun. Pada pohon gamal terdapat molekul alkaloid (yang belum dapat diidentifikasi) dan Tanin, senyawa pengikat protein yang tergolong zat anti nutrisi (Abrianto, 2011).
B.  Analisis Proksimat
Analisis proksimat merupakan dasar analisis kimia dari pakan, jaringan tubuh, feses ataupun ekskretel yang diantaranya berguna untuk menentukan estimasi nilai kecernaan dan manfaat pakan, juga untuk menentukan kadar standar.
Analisis proksimat dikembangkan dari Weende Experiment Station Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, yaitu metode analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya (Tillman et al., 1998), yang kemudian disebut sistem analisis proksimat karena nilai yang diperoleh hanya mendekati nilai komposisi yang sebenarnya. Sistem analisis proksimat dapat untuk mengetahui 6 macam fraksi, yaitu 1) air, 2) abu, 3) protein kasar, 4) lemak kasar, 5) serat kasar, 6) ekstrak tanpa nitrogen. Khusus untuk ekstrak tanpa nitrogen nilainya dapat dicari hanya berdasarkan perhitungan 100% - jumlah dari kelima fraksi yang lain. Analisis proksimat merupakan dasar analisis kimia yang dikerjakan setiap hari dari pakan, jaringan tubuh atau ekskreta yang diantaranya berguna untuk menentukan estimasi nilai kecernaan dan manfaat pakan, guna untuk menentukan pakan untuk semua jenis ternak (Kamal, 1999).
C.  Kadar Air
Air merupakan unsur nutrisi terpenting dan mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup. Lebih dari 50% berat badan ternak adalah air. Unsur air mengisi sel-sel tubuh dengan konsentrasi antara 70% - 90%. Air yang dimaksud dalam analisis proksimat adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan selama beberapa waktu pada suhu 100-105°C dengan tekanan udara bebas. Peran penting unsur nutrisi air adalah sebagai bahan pelarut, sebagai media transportasi sisa-sisa metabolisme dan sebagai pengatur temperatur tubuh.
Berdasarkan sumbernya air dapat diperoleh ternak melalui pakan yang dikonsumsinya dan dalam bentuk air minum. Jumlah air yang dibutuhkan ternak tergantung pada jenis ternak, temperatur lingkungan, jumlah konsumsi pakan, jenis dan macam pakan, kelembapan udara, dan tingkat produksi ternak (Kartadisastra, H.R. 1997). Kebutuhan cairan bagi tubuh sapi dapat terpenuhi melalui air minum dan pakan hijauan atau rumput. Bahan pakan ini kandungan airnya dapat mencapai 50% - 85%. Pakan dari biji-bijian juga mengandung air walaupun jumlahnya sangat kecil. Maka sapi harus diberi minum sampai dengan 45 liter per hari (Akoso, B.T. 1996).
Air adalah zat makanan yang paling sederhana, namun adalah yang paling sukar penentuannya dalam analisis proksimat. Penentuan kadar air dilakukan dengan pemanasan 105°C secara terus menerus sampai sampel bahan beratnya tidak berubah lagi (konstan). Namun, untuk produk-produk biologik, bila dipanaskan dengan temperatur melebihi 70°C, akan kehilangan zat-zat volatil (zat-zat yang mudah menguap). Sehingga, untuk penentuan kadar yang tepat, pemanasan dengan temperatur yang lebih rendah dan dengan menggunakan desilator yang dapat divakumkan. Tetapi karena alat ini sangat terbatas kapasitasnya, sampel yang dapat dianalisa juga terbatas. Untuk alasan ini, laboratorium tetap menggunakan temperatur tinggi. Pentingnya air dalam menentukan nilai makanan adalah pengaruhnya terhadap komposisi makanan karena sifat pengencer air tersebut, yang dapat dilihat pada Tabel 3.6 (Hartadi, et., al 2005).
Cara mendapatkan kadar air atau persen air yakni sampel bahan pakan ditimbang, diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam oven 105-110 oC. Pemanasan berjalan hingga sampel tetap bobot atau beratnya. Setelah pemanasan tersebut, sampel makanan disebut sampel bahan kering dan pengurangannya dengan sampel bahan pakan tadi disebut persen air atau kadar air (Tilman,1991). 
D.  Kadar Abu  
Pengukuran kadar abu dilakukan dengan menggunakan bahan yang akan diukur, dan alat berupa cawan porselin, desikator, tanur, oven dan tang penjepit dengan proses yang hampir sama dengan pengukuran kadar air yaitu ditanur, didinginkan dalam desikator, ditimbang, masukkan kedalam cawan porselin tanur kembali dan terakhir ditimbang (Raharjo, 2002).         
Abu adalah sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan yang dibakar pada suhu 550-600°C selama beberapa waktu sehingga senyawa organiknya akan keluar. Abu terdiri dari campuran berbagai oksida mineral sesuai dengan macam mineral dalam bahan pakan serta mineral tersebut dapat berasal dari senyawa organik misal: fosfor oksida, yang berasal dari protein Komponen abu pada analisis proksimat tidak memberikan nilai makanan yang penting. Jumlah abu dalam bahan makanan hanya penting untuk menentukan perhitungan BETN. Kenyataannya, kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan berasal dari tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting. Pada bahan makanan yang berasal dari hewan, kadar abu berguna sebagai indeks untuk kadar kalsium dan fosfor. Dengan diketahuinya kadar abu, masih diperlukan analisis lebih lanjut untuk memisahkan 17 unsur penting yang diperlukan ilmu makanan. (Akoso, B.T. 1996).















BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.  Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 Maret 2015 pukul 08.00 WITA sampai selesai, bertempat dilaboratorium, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B.  Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum bahan pakan dan formulasi ransum dapat dilihat pada tabel.
Alat dan Bahan
Kegunaan
Timbangan Ohaus
Untuk menimbang
Blender
Untuk memblender gamal
Cawan
Tempat gamal setelah blender
Oven besar
Untuk pengeringan kadar air
Desikator
Untuk menyerap kadar air
Tanur
Untuk mengerinkan sampel
Kertas plastik
Untuk tempat penyimpanan gamal setelah diblender
Alat tulis
Untuk mencatat hasil timbangan
Spidol
Untuk menandai cawan
Tang penjepit
Untuk menjepit cawan yang akan dimasukkan kedalam oven
Tanaman gamal
Sebagai bahan amatan






C.  Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum bahan pakan dan formulasi ransum adalah sebagai berikut:
1)      Memotong sampel dalam ukuran yang lebih kecil sekitar 5 cm.
2)      Menimbang sampel yang masih segar.
3)      Mengering udarakan sampel yang telah ditimbang ke dalam oven pada suhu 60ºC oven selama 96 jam.
4)      Mengeluarkan sampel dari oven dan dinginkan ke dalam desikator selama 24 jam.
5)      Memblender sampel hingga halus, kemudian di timbang.
6)      Menimbang cawan porselin kosong.
7)      Sampel yang telah halus dimasukkan ke cawan porselin dan ditimbang.
8)      Memasukkan Sampel kedalam oven selama 24 jam pada suhu 1050C.
9)      Sampel pada cawan porselin di masukkan ke tanur selama 8 jam,
10)  Mengeluarkan cawan porselin yang berisi Sampel dari tanur dan dinginkan di desikator selama 1 jam.
11)  Menimbang berat sampel setelah dingin.














Analisis Data
Data yang menjadi acuan dalam praktikum pengamatan terhadap kandungan yang terdapat dalam kulit dan tongkol  jagung adalah kadar air, bahan kering (BK), kadar abu, dan bahan organic (BO). Untuk menentukan kandungan dalam bahan, praktikan harus mengetahui berat awal sampel, berat cawan, berap sampel setelah dioven dan berat sampel setalah tanur.
Table 1. berat awal sampel, berat cawa, berat sampel setelah oven dan berat sampel setelah tanur.

Jenis sampel

Berat
Cawan (w) (gram)
Sampel (x) (gram)
Setelah oven (y) (gram)
Setelah tanur (z) (gram)
Gamal
89,23
5
94,11
89,71







1.      Kadar Air


           Kadar Air = 0,024
                            = 2,4 %
           Kadar bahan kering dari gamal dapat diketahui dengan :
          Bahan kering  
 

2.      Kadar Abu
           Kadar bahan organic pada kulit jagung dapat diketahui dengan rumus :
          Bahan Organik (
                 = 88 %























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Praktikum
Adapun hasil praktikum bahan pakan dan formulasi ransum adal sebagai berikut:
Table 2. Hasil analisis terhadap kulit dan tongkol jagung.
Jenis
Kandungan dalam sampel
Air (%)
BK (%)
BO (%)
Abu (%)
Gamal
2,4
97,6
88
9,6

B.  Pembahasan
Gamal (Gliricidia sepium) adalah salah satu jenis leguminosa pohon tropis, selain adaptivitasnya tinggi terhadap lingkungan tumbuh yang beragam juga produktivitasnya tinggi. Gliricidia sepium yang ditanam pada lahan kering menurut Nitis et al. (1985) kandungan energi bruto dan protein kasarnya adalah 4404 Kkal/kg bahan kering dan 26,73%. Pohon gamal tersebut dapat ditanam secara berintegrasi dengan tanaman pangan (palawija) dengan sistem alley cropping atau budidaya lorong.
Tinggi rendahnya kadar air dalam bahan pakan harus diatur. Kadar ini menentukan komposisi kandungan nutrien pakan. Faktor yang mempengaruhi kadar air salah satunya adalah metode pengeringan dan kandungan air dari suatu bahan pakan. Pakan dapat disimpan jika bahan pakan mempunyai kandungan air 13,5%, karena kandungan air yang terlalu tinggi akan merusak nutrien dari bahan pakan karena didegradasi oleh bakteri.
Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, sedang bahan anorganik seperti calsium, phospor, magnesium, kalium, natrium. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan analisis proximat dan analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing komponen vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan yang dilakukan di laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik. (Anonim a Gamal merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat dipergunakan sebagai sumber pengadaan hijauan untuk pakan ternak ruminansia.
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya.
Dari hasil praktikum bahan pakan dan formulasi ransum ini didapatkan bahwa kadar airnya (%) sebanyak 2,4, bahan keringnya sebanyak 97,6, bahan organiknya sebanyak 88 dan abunya sebanyak 9,6.





















BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Gamal (Gliricidia sepium) adalah salah satu jenis leguminosa pohon tropis, selain adaptivitasnya tinggi terhadap lingkungan tumbuh yang beragam juga produktivitasnya tinggi. Gliricidia sepium yang ditanam pada lahan kering menurut Nitis et al. (1985) kandungan energi bruto dan protein kasarnya adalah 4404 Kkal/kg bahan kering dan 26,73%. Pohon gamal tersebut dapat ditanam secara berintegrasi dengan tanaman pangan (palawija) dengan sistem alley cropping atau budidaya lorong.
B.  Saran
Adapun saran yang dala pembuatan laporan bahan pakan dan formulasi ransum  sebaiknya dalam melakukan praktikum di lakukan tepat pada waktunya.

















DAFTAR PUSTAKA
Abrianto P. 2011. Cara Mengolah Gamal Untuk Pakan Ternak Sapi. http://www.duniasapi.com. Diakses pada tanggal 17 April 2015.
Akoso, BT. 1996. Kesehatan Sapi. Panduan bagi Petugas Teknis. Mahasiswa. Penyuluh dan Peternak. Jakarta. Kanisius.
BPTU Sembawa. 2009. Keunggulan Gamal Sebagai Pakan Ternak. Palembang: BPUT Sembawa. 
Gohl, B. 1981.Tropical feeds; feed information summaries and nutritive values.
                   FAO Animal Production and Health Series, No. 12. FAO, Rome, Italy, 529 pp.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 1993. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Cetakan III. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kamal,Muhammad.1991,1998,1999. Nutrisi Ternak Dasar. Laboratorium Makanan Ternak Jurusan nutrisi dan Makanan ternak Fakultas Peteranakan UGM.Yogyakarta.
Kartadisastra. H.R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Yogyakarta. Kanisius.
Natalia, H., D. Nista, dan S. Hindrawati. 2009. Keunggulan Gamal Sebagai Pakan Ternak. BPTU Sembawa. Palembang.
Rahardjo,Tri S., W. Suryapratama, Munasik, dan T. Widiyastuti. 2002. Bahan Kuliah Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Rukmana, R. 2005. Budi Daya Rumput Unggul : Hijauan Makanan Ternak. Yogyakarta. Kanisius.
Tillman.D.A, hari hartadi, Soedomo Reksohadiprojo, Soeharto Prawirokusumo dan Soekanto Lebdosoekojo. 1991,1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Wahiduddin, M. 2008. Ilmu Pakan Ternak. (http://wah1d.wordpress.com/ category/ilmu-pakan) tanggal diakses 20 april 2015
.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar