BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pakan adalah semua yang bisa dimakan oleh ternak dan tidak mengganggu
kesehtannya. Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan
untuk hewan yang meliputi kuantitatif, kualitatif, kontinuitas serta
keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya. (Anonim, 2009).Pakan adalah segaalah
sesuatu yang dapat diberikan sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, istilah
pakan sering diganti dengan bahan baku pakan, pada kenyataanya sering terjadi
penyimpangan yang menunjukkan penggunaan kata pakan diganti sebagai bahan baku
pakan yang telah diolah menjadi pellet, crumble atau mash. (Anonim 2008).
Bahan
pakan adalah (bahan makanan ternak) adalah segalah sesuatu yang dapat diberikan
kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian
atau semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak.(Anonim, 2009).
Tanaman
ini merupakan tanaman berbentuk pohon dengan ukuran dikenal di pedesaan, namun
pemanfaatan dan pembudidayaan tanaman tersebut sebagai sumber pakan ternak
belum banyak mendapat perhatian. Sebagai tanaman tahunan, yang dapat
menyediakan hijauan sepanjang tahun, mempunyai nilai makanan yang cukup tinggi
bila dibandingkan dengan jenis tanaman lain yang sebangsanya. Untuk itu maka
pembudidayaan dan peningkatan pemanfaatannya perlu disebarluaskan, terutama
untuk masyarakat pedesaan., 2009).
Bahan pakan
adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa menggangu kesehatan
ternak. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik
untuk pertumbuhan maupun untuk mempertahankan hidupnya, pakan yang diberikan
pada ternak harus mengandung nutrien yang dapat memenuhi kebutuhan ternak. Sorgum merupakan salah satu tanaman
multifungsional yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan, bioetanol
dan bahan baku dalam industri. Analisis proksimat adalah suatu kegiatan menganalisis bahan pakan yang meliputi
proses pengovenan, penanuran, pengekstraksian yang bertujuan untuk mengetahui
kandungan nutrisi dan kualitas suatu bahan pakan tersebut. Melalui proses analisis proksimat dapat
diketahui bahwa nutrisi dari bahan pakan ternak terdiri dari air, abu, protein,
lemak, serat kasar dan bahan ekstrak yang tidak mengandung nitrogen.
Gamal berasal dari daerah Amerika
Tengah dan Brazil. Di daerah asalnya digunakan sebagai pelindung tanaman
kakao/coklat dan dikenal dengan nama madre cacao. Oleh penjajah Eropa tanaman
ini dibawa ke benua Asia dan ditanam di India dan Srilangka sebagai tanaman
pelindung teh sejak tahun 1870-an. Gamal masuk ke Indonesia melalui perusahaan
perkebunan Belanda yang tertarik untuk menggunakannya sebagai tanaman pelindung
di perkebunan teh di Medan pada tahun 1900-an. Namun, gamal hanya belum
menyebar dan hanya ditemukan di daerah Medan saja. Pada tahun 1958 gamal
ditemukan oleh Bapak R. Soetarjo Martoatmodjo. Dialah yang memberinya nama
Gamal yang diambil dari nama cucunya dan sama seperti nama presiden Mesir Gamal
Abdul Nasser. Gamal atau Kemal atau jamal artinya halus. Bapak Soetarjo menafsirkan
galam sebagai unta yang sanggup menundukkan sahara di Indonesia, yaitu padang
alang-alang. Menteri pertanian Indonesia waktu itu Bapak Frans Seda mengartikan
galam sebagai Ganyang Mati Alang-alang, karena gamal digunakan untuk membasmi
alang-alang.
Gamal (Gliricidiasepium)
adalah Leguminosae pohon yang merupakan pribumi di kawasan Pantai Pasifik
Amerika Tengah yang bermusim kering. Habitat aslinya adalah hutan gugur daun
tropika, di lembah dan lereng-lereng bukit, sering di daerah bekas tebangan dan
belukar pada elevasi 0-1600 m di bawah permukaan laut. Gamal dapat
tumbuh baik pada kondisi iklim tropis basah dan untuk menghasilkan produksi
yang tinggi dibutuhkan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Legum ini dapat
juga bertahan hidup pada musim kering yang panjang tetapi ukuran daunnya lebih
kecil. Penanaman gamal dapat dilakukan dengan menggunakan stek yaitu
menggunakan batang yang mempunyai mata tunas dengan panjang ± 1 meter, ditanam
pada kedalaman 15 cm.
Tanaman gamal telah
dimanfaatkan secara luas untuk berbagai keperluan. Tanaman ini juga digunakan
dalam berbagai sistem pertanaman, sebagai pohon pelindung dalam penanaman teh,
cokelat atau kopi. Sebagai penyangga hidup untuk tanaman vanili, lada hitam dan
ubi jalar. Yang lebih umum digunakan sebagai pagar hidup, tanaman pupuk hijau
pada pola tanam tumpang sari, sebagai penahan tanah pada pola tanam lorong dan
terasering. Selain itu, tanaman ini juga ternyata dapat digunakan untuk
mereklamasi tanah atau lahan yang gundul atau tanah yang rapat ditumbuhi oleh
alang alang (Imperata cylindrica). Biji, pepagan, daun dan akarnya dapat
digunakan sebagai rodentisida dan pestisida setelah terlebih dahulu dilakukan
fermentasi. Bunganya digunakan oleh lebah sebagai sumber nutrisi dan zat gula
dalam pembuatan madu lebah.
B. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dalam pembuatan
laporan bahan pakan dan formulasi ransum adalah agar mahasiswa mampu mengetahui
bagaimmana cara menghitung kadar air dan kadar abu pada tanaman gamal.
Adapun manfaat dalam pembuatan
laporan bahan pakan dan formulasi ransum yaitu agar mahasiswa dapat mampu
mengetahui cara menghitung kadar air dan kadar abu pada tanaman gamal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Gamal
Gamal adalah tanaman
leguminosa yang dapat tumbuh dengan cepat di daerah kering. Pemberian gamal
pada sapi maksimal 40% dan domba 75%. Sebaiknya gamal diberikan bersama-sama
dengan pemberian rumput (Wahiduddin, 2008). Daun gamal berbentuk elips (oval),
ujung daun lancip dan pangkalnya tumpul (bulat), susunan daun terletak
berhadapan seperti daun lamtoro atau turi. Bunga gamal muncul pada musim
kemarau dan berbentuk kupu-kupu terkumpul pada ujung batang (Natalia et al.,
2009). Kandungan nutrisi hijauan gamal (G. sepium) yaitu kadar
protein 25,7%, serat kasar 13,3%, abu 8,4%, dan BETN 4,0% (Hartadi et al., 1993).
Salah satu ciri tanaman ini yaitu Bunga
mulai muncul ketika daun berguguran yaitu pada musim kemarau.Gamal dapat
dimanfaatkan antara lain sebagai pakan ternak yang banyak disukai oleh ternak
ruminansia. Gamal memiliki nilai pakan yang tinggi, dengan protein kasar 20-30%
dalam bahan kering, serat kasar 15%, dan dalam hitungan cerna in vitro bahan
kering adalah 60 – 65 % (Gohl, 1981).
Pemanfaatan daun gamal sebagai pakan
ternak sangat menguntungkan, cara penanaman yang mudah, kandungan protein yang
tinggi, masih tetap berproduksi baik meskipun musim kemarau, memperbaiki
kesuburan tanah baik dari guguran daun maupun pengakarannya, dan banyak lagi
manfaat dari penanaman pohon gamal ini. Tanaman gamal dapat dipanen setiap 3–4
bulan sekali, dengan hasil antara 1–2 kg hijauan basah per
tanaman.Pengembangbiakan tanaman ini dapat dilakukan dengan biji maupun stek
(Rukmana, 2005). Menurut BPTU Sembawa (2009), penanaman yang tepat dengan kedua
cara tersebut, dapat memiliki daya tumbuh yang tinggi, yaitu 90–95%. Penanaman
dengan stek tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan biji, namun sistem perakaran
lebih dalam jika ditanam dengan biji daripada dengan stek.
Sebagai pakan ternak gamal juga memiliki
kelemahan yaitu mengandung zat anti nutrisi dan zat racun. Pada pohon gamal
terdapat molekul alkaloid (yang belum dapat diidentifikasi) dan Tanin, senyawa
pengikat protein yang tergolong zat anti nutrisi (Abrianto, 2011).
B.
Analisis
Proksimat
Analisis proksimat merupakan dasar
analisis kimia dari pakan, jaringan tubuh, feses ataupun ekskretel yang diantaranya berguna untuk menentukan
estimasi nilai kecernaan dan manfaat pakan, juga untuk menentukan kadar
standar.
Analisis proksimat dikembangkan dari
Weende Experiment Station Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun
1865, yaitu metode analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan.
Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya (Tillman et
al., 1998), yang kemudian disebut sistem analisis proksimat karena nilai
yang diperoleh hanya mendekati nilai komposisi yang sebenarnya. Sistem analisis
proksimat dapat untuk mengetahui 6 macam fraksi, yaitu 1) air, 2) abu, 3)
protein kasar, 4) lemak kasar, 5) serat kasar, 6) ekstrak tanpa nitrogen.
Khusus untuk ekstrak tanpa nitrogen nilainya dapat dicari hanya berdasarkan
perhitungan 100% - jumlah dari kelima fraksi yang lain. Analisis proksimat
merupakan dasar analisis kimia yang dikerjakan setiap hari dari pakan, jaringan
tubuh atau ekskreta yang diantaranya berguna untuk menentukan estimasi nilai
kecernaan dan manfaat pakan, guna untuk menentukan pakan untuk semua jenis
ternak (Kamal, 1999).
C.
Kadar
Air
Air merupakan unsur nutrisi
terpenting dan mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup. Lebih dari 50% berat badan
ternak adalah air. Unsur air mengisi sel-sel tubuh dengan konsentrasi antara
70% - 90%. Air yang dimaksud dalam analisis proksimat adalah semua cairan yang
menguap pada pemanasan selama beberapa waktu pada suhu 100-105°C dengan tekanan
udara bebas. Peran penting unsur nutrisi air adalah sebagai bahan pelarut,
sebagai media transportasi sisa-sisa metabolisme dan sebagai pengatur
temperatur tubuh.
Berdasarkan
sumbernya air dapat diperoleh ternak melalui pakan yang dikonsumsinya dan dalam
bentuk air minum. Jumlah air yang dibutuhkan ternak tergantung pada jenis
ternak, temperatur lingkungan, jumlah konsumsi pakan, jenis dan macam pakan,
kelembapan udara, dan tingkat produksi ternak (Kartadisastra, H.R. 1997).
Kebutuhan cairan bagi tubuh sapi dapat terpenuhi melalui air minum dan pakan
hijauan atau rumput. Bahan pakan ini kandungan airnya dapat mencapai 50% - 85%.
Pakan dari biji-bijian juga mengandung air walaupun jumlahnya sangat kecil.
Maka sapi harus diberi minum sampai dengan 45 liter per hari (Akoso, B.T.
1996).
Air adalah zat
makanan yang paling sederhana, namun adalah yang paling sukar penentuannya
dalam analisis proksimat. Penentuan kadar air dilakukan dengan pemanasan 105°C
secara terus menerus sampai sampel bahan beratnya tidak berubah lagi (konstan).
Namun, untuk produk-produk biologik, bila dipanaskan dengan temperatur melebihi
70°C, akan kehilangan zat-zat volatil (zat-zat yang mudah menguap). Sehingga,
untuk penentuan kadar yang tepat, pemanasan dengan temperatur yang lebih rendah
dan dengan menggunakan desilator yang dapat divakumkan. Tetapi karena alat ini
sangat terbatas kapasitasnya, sampel yang dapat dianalisa juga terbatas. Untuk
alasan ini, laboratorium tetap menggunakan temperatur tinggi. Pentingnya air
dalam menentukan nilai makanan adalah pengaruhnya terhadap komposisi makanan
karena sifat pengencer air tersebut, yang dapat dilihat pada Tabel 3.6
(Hartadi, et., al 2005).
Cara mendapatkan kadar air atau
persen air yakni sampel bahan pakan ditimbang, diletakkan dalam cawan khusus
dan dipanaskan dalam oven 105-110 oC. Pemanasan berjalan hingga
sampel tetap bobot atau beratnya. Setelah pemanasan tersebut, sampel makanan
disebut sampel bahan kering dan pengurangannya dengan sampel bahan pakan tadi
disebut persen air atau kadar air (Tilman,1991).
D. Kadar Abu
Pengukuran
kadar abu dilakukan dengan menggunakan bahan yang akan diukur, dan alat berupa
cawan porselin, desikator, tanur, oven dan tang penjepit dengan proses yang
hampir sama dengan pengukuran kadar air yaitu ditanur, didinginkan dalam
desikator, ditimbang, masukkan kedalam cawan porselin tanur kembali dan
terakhir ditimbang (Raharjo, 2002).
Abu adalah sisa
pembakaran sempurna dari suatu bahan yang dibakar pada suhu 550-600°C selama
beberapa waktu sehingga senyawa organiknya akan keluar. Abu terdiri dari
campuran berbagai oksida mineral sesuai dengan macam mineral dalam bahan pakan
serta mineral tersebut dapat berasal dari senyawa organik misal: fosfor oksida,
yang berasal dari protein Komponen abu pada analisis proksimat tidak memberikan
nilai makanan yang penting. Jumlah abu dalam bahan makanan hanya penting untuk
menentukan perhitungan BETN. Kenyataannya, kombinasi unsur-unsur mineral dalam
bahan makanan berasal dari tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak
dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu
atau kombinasi unsur-unsur yang penting. Pada bahan makanan yang berasal dari
hewan, kadar abu berguna sebagai indeks untuk kadar kalsium dan fosfor. Dengan
diketahuinya kadar abu, masih diperlukan analisis lebih lanjut untuk memisahkan
17 unsur penting yang diperlukan ilmu makanan. (Akoso, B.T. 1996).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu, 21 Maret 2015 pukul 08.00 WITA sampai selesai, bertempat dilaboratorium,
Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B.
Alat
dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan
pada praktikum bahan pakan dan formulasi ransum dapat dilihat pada tabel.
Alat dan Bahan
|
Kegunaan
|
Timbangan Ohaus
|
Untuk menimbang
|
Blender
|
Untuk memblender gamal
|
Cawan
|
Tempat gamal setelah blender
|
Oven besar
|
Untuk pengeringan kadar air
|
Desikator
|
Untuk menyerap kadar air
|
Tanur
|
Untuk mengerinkan sampel
|
Kertas plastik
|
Untuk tempat penyimpanan gamal
setelah diblender
|
Alat tulis
|
Untuk mencatat hasil timbangan
|
Spidol
|
Untuk menandai cawan
|
Tang penjepit
|
Untuk menjepit cawan yang akan
dimasukkan kedalam oven
|
Tanaman gamal
|
Sebagai bahan amatan
|
C.
Prosedur
Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum
bahan pakan dan formulasi ransum adalah sebagai berikut:
1)
Memotong sampel dalam
ukuran yang lebih kecil sekitar 5 cm.
2) Menimbang
sampel yang masih segar.
3) Mengering
udarakan sampel yang telah ditimbang ke dalam oven pada suhu 60ºC oven selama
96 jam.
4) Mengeluarkan
sampel dari oven dan dinginkan ke dalam desikator selama 24 jam.
5) Memblender
sampel hingga halus, kemudian di timbang.
6) Menimbang
cawan porselin kosong.
7) Sampel
yang telah halus dimasukkan ke cawan porselin dan ditimbang.
8) Memasukkan
Sampel kedalam oven selama 24 jam pada suhu 1050C.
9) Sampel
pada cawan porselin di masukkan ke tanur selama 8 jam,
10) Mengeluarkan
cawan porselin yang berisi Sampel dari tanur dan dinginkan di desikator selama
1 jam.
11) Menimbang
berat sampel setelah dingin.
Analisis
Data
Data yang
menjadi acuan dalam praktikum pengamatan terhadap kandungan yang terdapat dalam
kulit dan tongkol jagung adalah kadar
air, bahan kering (BK), kadar abu, dan bahan organic (BO). Untuk menentukan
kandungan dalam bahan, praktikan harus mengetahui berat awal sampel, berat
cawan, berap sampel setelah dioven dan berat sampel setalah tanur.
Table 1. berat
awal sampel, berat cawa, berat sampel setelah oven dan berat sampel setelah
tanur.
Jenis
sampel
|
Berat
|
||||
Cawan
(w) (gram)
|
Sampel
(x) (gram)
|
Setelah
oven (y) (gram)
|
Setelah
tanur (z) (gram)
|
||
Gamal
|
89,23
|
5
|
94,11
|
89,71
|
|
1.
Kadar Air
Kadar Air = 0,024 
= 2,4 %
Kadar bahan kering dari gamal dapat
diketahui dengan :
Bahan kering
2. Kadar
Abu
Kadar bahan organic pada kulit jagung
dapat diketahui dengan rumus :
Bahan Organik (
= 88 %
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Praktikum
Adapun
hasil praktikum bahan pakan dan formulasi ransum adal sebagai berikut:
Table 2.
Hasil analisis terhadap kulit dan tongkol jagung.
Jenis
|
Kandungan dalam sampel
|
|||
Air (%)
|
BK (%)
|
BO (%)
|
Abu (%)
|
|
Gamal
|
2,4
|
97,6
|
88
|
9,6
|
B. Pembahasan
Gamal (Gliricidia sepium) adalah
salah satu jenis leguminosa pohon tropis, selain adaptivitasnya tinggi terhadap
lingkungan tumbuh yang beragam juga produktivitasnya tinggi. Gliricidia
sepium yang ditanam pada lahan kering menurut Nitis et al. (1985)
kandungan energi bruto dan protein kasarnya adalah 4404 Kkal/kg bahan kering
dan 26,73%. Pohon gamal tersebut dapat ditanam secara berintegrasi dengan
tanaman pangan (palawija) dengan sistem alley cropping atau budidaya
lorong.
Tinggi rendahnya kadar air dalam bahan pakan harus
diatur. Kadar ini menentukan komposisi kandungan nutrien pakan. Faktor yang
mempengaruhi kadar air salah satunya adalah metode pengeringan dan kandungan
air dari suatu bahan pakan. Pakan dapat disimpan jika bahan pakan mempunyai
kandungan air 13,5%, karena kandungan air yang terlalu tinggi akan merusak
nutrien dari bahan pakan karena didegradasi oleh bakteri.
Bahan
pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang terkandung
dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen,
sedang bahan anorganik seperti calsium, phospor, magnesium, kalium, natrium.
Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan analisis proximat
dan analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing komponen vitamin
dan mineral yang terkandung didalam bahan yang dilakukan di laboratorium dengan
teknik dan alat yang spesifik. (Anonim a Gamal merupakan salah satu jenis
tanaman yang dapat dipergunakan sebagai sumber pengadaan hijauan untuk pakan
ternak ruminansia.
Bahan
organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang
atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi
maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia
heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya.
Dari hasil praktikum bahan pakan dan
formulasi ransum ini didapatkan bahwa kadar airnya (%) sebanyak 2,4, bahan
keringnya sebanyak 97,6, bahan organiknya sebanyak 88 dan abunya sebanyak 9,6.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gamal (Gliricidia sepium) adalah
salah satu jenis leguminosa pohon tropis, selain adaptivitasnya tinggi terhadap
lingkungan tumbuh yang beragam juga produktivitasnya tinggi. Gliricidia
sepium yang ditanam pada lahan kering menurut Nitis et al. (1985)
kandungan energi bruto dan protein kasarnya adalah 4404 Kkal/kg bahan kering
dan 26,73%. Pohon gamal tersebut dapat ditanam secara berintegrasi dengan
tanaman pangan (palawija) dengan sistem alley cropping atau budidaya
lorong.
B.
Saran
Adapun saran yang
dala pembuatan laporan bahan pakan dan formulasi ransum sebaiknya dalam melakukan praktikum di lakukan
tepat pada waktunya.
DAFTAR PUSTAKA
Abrianto P. 2011. Cara Mengolah Gamal Untuk Pakan Ternak Sapi.
http://www.duniasapi.com. Diakses pada tanggal 17 April 2015.
Akoso, BT.
1996. Kesehatan Sapi. Panduan bagi Petugas Teknis. Mahasiswa. Penyuluh dan Peternak. Jakarta.
Kanisius.
BPTU
Sembawa. 2009. Keunggulan Gamal Sebagai Pakan Ternak. Palembang: BPUT
Sembawa.
Gohl,
B. 1981.Tropical feeds; feed information summaries and nutritive values.
FAO Animal Production and
Health Series, No. 12. FAO, Rome, Italy, 529 pp.
Hartadi,
H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 1993. Tabel Komposisi Pakan Untuk
Indonesia. Cetakan III. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kamal,Muhammad.1991,1998,1999. Nutrisi
Ternak Dasar. Laboratorium Makanan Ternak Jurusan nutrisi dan Makanan
ternak Fakultas Peteranakan UGM.Yogyakarta.
Kartadisastra.
H.R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Yogyakarta.
Kanisius.
Natalia,
H., D. Nista, dan S. Hindrawati. 2009. Keunggulan Gamal Sebagai Pakan Ternak.
BPTU Sembawa. Palembang.
Rahardjo,Tri
S., W. Suryapratama, Munasik, dan T. Widiyastuti. 2002. Bahan Kuliah Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan,
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Rukmana,
R. 2005. Budi Daya Rumput Unggul : Hijauan Makanan Ternak. Yogyakarta.
Kanisius.
Tillman.D.A, hari hartadi, Soedomo
Reksohadiprojo, Soeharto Prawirokusumo dan Soekanto Lebdosoekojo. 1991,1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan
UGM. Yogyakarta.
Wahiduddin,
M. 2008. Ilmu Pakan Ternak. (http://wah1d.wordpress.com/
category/ilmu-pakan) tanggal diakses 20 april 2015
.